Monday 14 May 2018

"Kalo nggak mau karena takut berakhirnya nggak baik-baik, semua juga ada resikonya,
kalo sekarang pilihan lu begini ya mungkin ini resikonya,
nggak mungkin seakan nggak pernah kejadian apa-apa,
dan kalo ditanya seberapa gue benci,
gue nggak benci,
gue nggak bisa"

-Maret, 2016

Ini blog atau penggalan novel teenlit? entahlah, sebut saja self reminder, karena tujuannya memang seperti itu pada awalnya.

Thursday 10 May 2018

yang pernah terjadi di hampir penghujung April dan diceritakan di Bulan Mei

Saya sedang diantar menuju stasiun untuk berangkat kerja, malam sebelumnya adalah malam yang melegakan sekaligus menyedihkan, ternyata setelah pulang dari sana saya baru menyadari: sedang tidak baik-baik saja.

“Loh? Kamu kenapa nangis?” 
“Sedih, rasanya kayak kehilangan satu teman baik”

---

Jika dikilasbalik ke belakang, tidak pernah sesedih ini saya menangisi orang (yang masih hidup) Patah hati pernah, tapi tidak semenyedihkan ini. 
Mungkin karena sindrom PMS juga sih yang mendukung (saat itu), sehari dan beberapa hari setelah kejadian itu, saya merasa berduka, gloomy, dan lesu untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk di kantor. 

Saat ini saya merasa kok agak bodoh dan konyol juga ya dampaknya sampai sebegitunya, sampai di kereta mata masih bengkak pula. 

Tapi saya dapat sangat memahami situasi saya di saat itu. Karena rasanya kehilangan, bukan kehilangan sosok, tapi kehilangan jalinan.

"Sedih, Xen, kayak lebih sedih dari putus sama pacar"
"Emang lo udah pernah ngerasain putus?"
"Belom,"
"Yaudah diem aja"

Baru-baru ini mengalami kejadian yang..absurd. Saya sudah paham dan mempersiapkan diri bahwa dunia kerja ini memang keras, tetapi sepertinya tidak memperhatikan untuk mempersiapkan peristiwa yang satu ini, untuk merasa kehilangan dan kembali mempertanyakan eksistensi sebuah pertemanan. Drama ya.

Segala hal ini terjadi berawal dari keinginan untuk klarifikasi secara empat mata. Lucunya, kami berdua tahu sama-sama bukan perokok aktif, tapi kami saling tahu bahwa kami membawa dan membutuhkan rokok di pembicaraan seperti ini. Ya.........cuma itu sih yang bisa ditertawakan kalau meingingat peristiwa itu. 

Kami berdua melalui pembicaraan yang penuh emosi, tetapi melegakan dan saling memaklumi, awalnya. Saya tidak pernah seterusterang ini melalui sebuah pembicaraan yang intim. 

Melalui kejadian yang bisa dibilang singkat namun bukan proses yang mudah itu, saya belajar hal, banyak sekali, yang saya pikir itu hanyalah peristiwa yang perlu diselesaikan, tetapi ternyata saya sendiri mengalami dampaknya yang cukup panjang. 

Yang diawali dengan amarah dan diakhiri dengan duka dan ternyata penyesalan. 

Akhirnya, setelah kilas balik sembari melihat foto-foto jaman kuliah, saya hanya bisa mengamini lirik lagu Coldplay, bahwa setidaknya kami pernah menjalani momen yang menyenangkan bersama, saya tidak menganggapnya itu sia-sia.


Untungnya, saya yang punya sifat memendam ini akhirnya memutuskan membicarakan segala uneg-uneg dan rasa bersalah yang perlu disalurkan, dan  berterimakasih untuk kehadiran mereka di tengah-tengah peristiwa yang membingungkan ini, namun di sisi lain kehidupan harus tetap berjalan. 

Salah satu yang sedang saya mencoba untuk tanamkan adalah belajar untuk menerima kedukaan, dan untuk menyelesaikan masalah secara dewasa, bahwa menjadi netral memang kata yang paling gampang untuk diucapkan, tetapi paling susah untuk diterapkan.

Rasanya kok 2018 baru 5 bulan sudah sedrama ini.

Salah satu teman yang saya ajak untuk bertukar uneg-uneg adalah Ervan, yang tak pernah saya sangka akan merasakan hal yang serupa, lega sekali rasanya menertawakan nasib kami berdua pada saat itu.

“Mana nyangka saat kita baru kenal di awal kuliah itu, bertahun-tahun kemudian kita berdua akan duduk di sini ya, di Pappa Rich, ngomongin masalah ini, dengan clueless”
“Gue kira temenan sama lo di semester 1 itu formalitas doang loh”
“Iya, gue kira buat partner nyelesain tugas pameran doang abis itu kelar”“Ini bulan terang banget ya”
“Iya, Tuhan juga lagi ngetawain kita Lin di bawah: haha mampus lo, belajar kan sekarang, gitu" 
“..Oke"

Kami berdua kemudian pergi ke Inul Vizta, mencari playlist yang sesuai dengan suasana hati kami berdua saat itu, lumayan lega rasanya. 

Terimakasih “Coming Back to Me” Celine Dion,”Fix You” Coldplay, dan “Reputation”nya Taylor Swift.Ternyata obatnya memang apa saudara-saudara……? Betul, karaoke.