Saturday, 28 June 2014

Kisah Adi dan Disa

*Naik ke atas panggung*
*Ambil mic*

Selamat malam semuanya,
Pada malam ini, saya akan membacakan puisi yang sebenarnya sudah saya buat di jaman SMP untuk tugas biologi, lalu pada akhirnya waktu SMA pelajaran Bahasa Indonesia, ada tugas untuk posting puisi ke facebook dan meminta kerabat sekitar untuk like dan comment puisi yang sudah di posting,

Karena ada pepatah "karya itu harus dihargai", daripada hanya membusuk di Facebook, berikut lembaran coretannya di lemari bagian mana entah, saya bawa kembali puisi ini ke dalam blog saya.

Selamat menikmati.

-------------------------

|puisi|| -Kisah Adi dan Disa-

May 8, 2011 at 8:08pm
Ini adalah puisi karya saya yang berjudul Adi dan Disa.
Dengan segala kelemahan dan kelebihannya, tolong dicomment dan di like ya sebagai apresiasi setelah membaca puisi saya ini, yang nantinya untuk dinilai dalam Tugas Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh Bpk. Agustinus Suyoto..
Terima kasih banyak atas ketersediaannya, selamat membaca :)

KISAH ADI DAN DISA
Oleh : Caroline XA / 08

Aku mengalir lewat jarum suntik terkutuk itu
Melalui lorong darah segar yang tertampung dalam kilau jarum
Menembus lapisan kulit terdalam sampai ke urat nadi
Tanpa sengaja kita berjumpa
Bertemu atas keinginan takdir
Dan kita pun berkenalan
Namaku Adi, dan
Dirimu Disa

Ya, hanya kita berdua
Berkeliling bersama mencari naungan
Membangun bahtera rumah tangga
Bersinggah sementara di tubuh yang hina
Lihatlah, paru-parunya berwarna hitam karena nikotin
Syarafnya awut-awutan oleh vodka
Darahnya menghitam tercemar ganja
Detak  jantungnya sangat kuat
Sama dengan bor yang tertanam pada sebuah pertambangan
Ususnya terisi dengan pil dan cacing kelaparan

Dia telah berada di jalur yang salah
Tersesat sekian lama tanpa mau meraih uluran tangan
Mengotori dirinya dengan kebodohan
Menghamburkan uangnyadengan keserakahan
Sedangkan ia adalah wanita, karna kulihat rahim dalam tubuhnya
Enggankah ia, mengasah permatanya sendiri yang sebenarnya berkilau?

Kini keturunan kami semakin melimpah
Umur pun sudah renta
Sinema hidup kami akan usai
Detak jantung yang melambat,
Membentuk simfoni layaknya senandung kematian
Tulangnya berubah kian tipis
Karena kami mengikis pertahanan tubuhnya utuh

Maka, saat dia mati, kami pun lenyap
Bersama darah yang membeku
Dan daging yang membusuk
Usai sudah tugas kami,
Sebagai virus HIV Aids ini
Selamat tinggal, Disa..

No comments:

Post a Comment